Keadaan Laut Di Indonesia
Ditemukan 'ular laut' raksasa di California
Seorang ahli biologi kelautan menemukan bangkai 'ular laut' alias Oarfish sepanjang sekitar lima meter di perairan California selatan.
Jasmine Santana dari Catalina Island Marine Institute (CIMI) tengah menyelam dengan rekan-rekan di Teluk Toyon, California selatan, ketika dia melihat sesuatu yang berkilauan di dalam air.
Dia kemudian menyeret hewan tersebut serta membawanya ke pantai.
Setelah melihat lebih dekat, Jasmine menyadari bahwa yang ditemukannya oarfish, yang dapat tumbuh hingga 15 meter.
"Jasmine Santana terkejut luar biasa saat melihat hewan itu di dasar laut yang berpasir," kata CIMI dalam pernyataannya.
"Dia bereaksi pertama-tama dengan mendekati hewan itu dengan hati-hati, sampai dia menyadari dia sudah mati."
Oarfish adalah ikan yang hidup di lautan dalam dan merupakan ikan bertulang terpanjang di dunia, demikian CIMI .
Karena oarfish menyelam lebih dari 3.000 kaki (914 meter) di dasar laut, makhluk ini jarang terlihat.
"Kami belum pernah melihat ikan sebesar ini," kata Mark Waddington, kapten senior di kapal pelatihan yang disewa CIMI.
"Oarfish terakhir yang kami lihat hanya memiliki panjang sekitar tiga meter."
Rekaman video tentang mahluk yang hidup di lautan dalam ini telah dikirim dan dipelajari para ahli biologi di Universitas California di Santa Barbara, AS.
Rencananya kerangka ikan ini direkonstruksi untuk kemudian ditampilkan.
Oarfish ini tampaknya mati karena sebab alamiah.
Keadaan Laut (Sea State) adalah efek yang diakibatkan oleh angin lokal terhadap kondisi laut di area tertentu, dimana tidak dipengaruhi oleh kondisi penjalaran swell (alun) dari area sekitarnya. Keadaan Laut (Sea State) berdasarkan WMO Manual Code, no. 306, part A
Tabel dibawah ini merupakan tabel Keadaan Laut (Sea State Code) dengan Tinggi Gelombang yang terjadi
Offenbar hast du diese Funktion zu schnell genutzt. Du wurdest vorübergehend von der Nutzung dieser Funktion blockiert.
Badan Pusat Statistik(BPS - Statistics Indonesia)
Jakarta 10710 Indonesia
Telp (62-21) 3841195; 3842508; 3810291
Mailbox : [email protected]
Badan Pusat Statistik(BPS - Statistics Indonesia)
Jakarta 10710 Indonesia
Telp (62-21) 3841195; 3842508; 3810291
Mailbox : [email protected]
KOMPAS.com - Kuda laut merupakan makhluk laut yang termasuk ikan, meski tampilan fisiknya sangat berbeda dengan ikan pada umumnya.
Kuda laut adalah bagian dari keluarga ikan Syngnathids dan berkerabat dekat dengan pipefish, trumpetfish, dan naga laut.
Umumnya, kuda laut ditemukan hidup di terumbu karang. Namun, kuda laut juga hidup di banyak daerah terlindung lainnya di air asin beriklim sedang dan tropis, seperti muara dan hutan bakau.
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki populasi kuda laut yang cukup tinggi.
Baca juga: Apakah Kuda Laut Termasuk Ikan?
Terdapat 54 spesies kuda laut di seluruh perairan dunia dan 12 spesies di antaranya berada di Indonesia.
Dilansir dari Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL), berikut adalah jenis-jenis kuda laut di Indonesia
1. Kuda laut zebra (Hippocampus barbouri)
2. Kuda laut ekor harimau (Hippocampus comes)
3. Kuda laut berduri (Hippocampus histrix)
4. Kuda laut kellogg (Hippocampus kelloggi)
5. Tangkur kuda (Hippocampus kuda)
6. Kuda laut bargibanti (Hippocampus bargibanti)
Baca juga: Cara Kuda Laut Berkembang Biak
7. Kuda laut wajah datar (Hippocampus trimaculatus)
8. Kuda laut landak (Hippocampus spinosissimus)
9. Kuda laut kerdil kuning (Hippocampus denise)
10. Kuda laut kerdil pontoh (Hippocampus pontohi)
11. Kuda laut terkecil (Hippocampus satomiae)
12. Hippocampus severnsi
Porselen berwujud mangkuk, piring, dan cangkir yang diperkirakan berasal dari zaman Dinasti Ming di China ditemukan di laut Indonesia, di rute menuju Jakarta, pada tahun 2008. Tidak disebutkan lokasi spesifik penemuan ini, hanya disebutkan berjarak 150 kilometer dari pantai Ibu Kota di kedalaman 60 meter. Pada operasi pengangkatan di tahun 2010, ditemukan 38.000 porselen dan hingga sekarang tercatat ada 700.000 item yang ditemukan.
Rencananya harta karun bernilai Rp413 miliar akan diangkat oleh perusahaan Portugal yang berbasis arkeologi bawah laut, Arqueonautas Worldwide SA (QOW). Melalui CEO-nya Nikolaus Graf Sandizell, QOW dikatakan akan mengambil harta ini tahun depan. Lamanya waktu pengangkatan karena izin yang sengaja ditunda oleh Pemerintah Indonesia.
Pengangkatan ini, dikatakan Sandizell, harus segera dilakukan untuk mencegah kehilangan. Berbagai faktor bisa memicunya, mulai dari jaring nelayan, eksplorasi minyak, pipa bawah laut, hingga tangan usil para penjarah. "Kami ingin menarik perhatian atas cepatnya harta karun ini menghilang. Dalam waktu sepuluh tahun, ini semua akan terlambat," ujar Sandizell seperti dilansir Bloomberg, Selasa (29/5).
Biaya pengangkatan harta karun yang disebut cagar budaya oleh Pemerintah Indonesia ini memakan biaya yang tidak sedikit, sekitar Rp60,5 miliar. Ini belum ditambah biaya platform buatan di atas laut untuk penempatan sementara hasil yang baru diangkut.
Namun, menurut Sekretariat Panitia Nasional Pengangkatan dan Pemanfaatan Benda Berharga Asal Muatan Kapal Tenggelam (BMKT), pengangkatan ini belum mendapat izin. Karena BMKT masih menunggu Peraturan Pemerintah turunan dari UU No 11 2010 tentang cagar budaya,
"Izin saat ini tidak keluarkan lagi, semuanya masih moratorium," kata Adria Yuki, salah satu anggota di Seksi BMKT saat berbincang dengan National Geographic Indonesia, Rabu (30/5).
Pihak BMKT juga sudah mengenal Sandizell karena sempat melakukan presentasi untuk penelitian dan konservasi harta karun yang ditemukan di Indonesia pada April 2012. Jika memang ada sebagian dari harta ini yang dijual, maka hasilnya akan dibagi dua antara Pemerintah Indonesia dengan perusahaan yang mengambilnya. Hanya saja belum ada pembagian persentase barang yang belum dijual.
"Hasil pengangkatan ini tidak boleh dibawa ke luar negeri, hanya boleh dijual di Indonesia. Sebagian dana ini nantinya juga akan untuk penyelamatan cagar budaya Indonesia," kata Yuki lagi.
Namun, belum adanya rambu-rambu perizinan bukan artinya cagar budaya Indonesia berupa harta karun ini aman dari penjarahan. Di tahun 1986, Michael Hatcher asal Australia dituding mengambil bernilai triliunan rupiah dari laut Indonesia. Hal ini berlanjut hingga tahun 1999 dan 2010 di mana ia dilaporkan mengambil harta karun di Subang, Jawa Barat.
Besarnya cakupan laut Indonesia, ditambah minimnya pengawasan jadi salah satu faktor kemudahan pencurian ini. Menurut data dari BMKT dan LIPI, saat ini ada 463 titik peninggalan harta karun di Tanah Air tapi baru dilakukan sepuluh pengangkatan. Data UNESCO menyebut, ada tiga juta kapal yang bangkainya teronggok di dasar lautan. 50.000 di antaranya mengandung harta bernilai yang berusia ribuan tahun.
Kura-Kura Leher Ular Rote Terancam Punah, Masyarakat Jadi Kunci Konservasi